21 Juli, 2007 00:43

on Leave a Comment

Rak Buku, Rak Ilmu

Kehadiran sebuah rak buku sangat berperan dalam pembentukan pola pikir suatu keluarga. Baik keluarga dari kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas dipandang dari kelas ekonomi. Secara teoretis hal ini tak dapat dibantah sepanjang fungsi dan tujuan keberadaan sebuah rak buku dilaksanakan secara konsisten.

Rak buku tidak mesti melulu memajang buku-buku mahal ataupun yang berbahasa asing. Isi sebuah rak buku hendaknya sesuai dengan minat, bidang yang ditekuni, ataupun hobi penghuni rumah. Rak buku bukan untuk menunjukkan prestise, melainkan untuk memacu prestasi pemikiran setiap orang.

Selain itu rak buku pun tidak selalu harus mahal harganya. Di tempat-tempat kos kaum mahasiswa rak buku sangat bersahaja berupa potongan multipleks yang di dukung oleh siku kayu atau besi.

Desain rak buku sangat kaya dengan variasi material dasar. Sebut saja material-material utama seumpama kayu, stainless steel, besi, besi tempa, dan multipleks. Desain rak buku yang inovatif malah mempergunakan kaca sebagai material utama, dan bahkan besi baja.

Material dasar untuk sebuah rak buku tentu harus disesuaikan dengan konsep rumah itu sendiri. Sebuah rumah dengan konsep klasik atau country tentu sangat serasi dengan rak buku dari material kayu, bukannya rak dari stainless steel.

Rak buku dapat dibuat berdiri sendiri dan dapat pula digabungkan dengan lemari pajang, dan sering pula disatukan dengan lemari kabinet televisi dan perangkat audio-video lainnya. Bahkan rak buku kini dibuat menjadi suatu unit yang serasi dengan meja komputer.

Memang idealnya rak buku merupakan unit yang berdiri sendiri apalagi jika buku-buku yang dimiliki terbilang banyak jumlahnya.

Praktis

Proses pembuatan sebuah rak buku sesungguhnya cukup praktis. Berbagai model yang memikat di berbagai majalah dan buku interior dapat menjadi inspirasi cukup menarik. Apalagi ditunjang dengan material-material yang mudah diperoleh di mana-mana.

Rak buku yang bernuansa perpustakaan, (seumpama yang dipakai di kantor-kantor) lebih bersifat permanen dan karenanya dapat dibuat yang agak formal agar dapat dipakai lebih lama. Untuk kondisi seperti ini rak buku yang berbentuk kabinet (dengan atau tanpa laci) tentu lebih sesuai karena melindungi seluruh isinya secara lebih sempurna.

Bahan yang umum dipakai untuk rak buku formal adalah kayu atau multipleks. Soal model tergantung selera masing-masing. Model klasik mempergunakan finishing politur vernis dengan lapisan melamik, sedangkan model modern memakai finishing cat warna-warni dengan aplikasi sistem duco.

Rak buku formal ini umumnya bukan perangkat yang bersifat bongkar-pasang (rakitan). Adapun rak buku yang praktis dengan sistem rakitan dapat dipilah menjadi beberapa bagian utama.

Bagian yang paling penting dari sebuah rak buku rakitan ialah rak atau ambalan itu sendiri. Bentuk dan bahan rak dengan sistem ini menentukan ”dudukan” atau gantungan rak tersebut. Maka dudukan rak dari bahan multipleks atau papan kayu tentu berbeda dengan dudukan rak yang bermaterialkan kaca. Ada pula desain yang menggunakan pelat stainless-steel atau lempengan besi tempa (wrought iron) sebagai rak/ambalannya.

Khusus pada rak yang berbahan kaca sebaiknya diberi perhatian khusus terhadap ketebalan kaca dan panjang bentangan rak serta memperhitungkannya dengan berat yang akan membebani. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi retak atau pecah pada saat memajang buku yang dapat membahayakan keselamatan.

Mengombinasikan material batangan besi baja kotak sebagai kaki dengan kayu pada rak/ambalan merupakan kreativitas yang menarik (lihat gambar). Untuk pegangan atau dudukan rak dapat menggunakan mur dan baut berbahan stainless-steel (baja anti karat) sebagai aksen pemikat.

Ini hanya sebuah contoh yang sederhana namun menarik. Tentu saja kita dapat memilih berbagai padu-padan lain sesuai selera masing-masing. Bagi yang memiliki kemampuan ekonomi lebih, mengapa tidak mencoba material granit? Siapa bilang granit hanya boleh untuk lantai atau meja dapur?

Pada kasus ini granit tentu dapat difungsikan menjadi rak/ambalan atau kaki rak sekaligus ataupun secara terpisah.

Ukuran dan penempatan

Tak kalah penting untuk diperhatikan adalah buku-buku apa saja yang menjadi koleksi dan yang hendak dipajang pada rak buku. Koleksi buku tersebut sangat menentukan ukuran rak buku yang hendak dibuat dan juga jarak ketinggian antar rak.

Jika koleksi buku tak banyak tentu lucu bila membuat rak yang lebarnya sepanjang ruangan atau yang banyak susunan raknya. Kesadaran akan pentingnya bacaan telah mengubah pula gaya hidup yang yang tadinya begitu pakem. Kini, rak buku tidak hanya ditempatkan di ruang baca atau perpustakaan saja.

Apa pun juga bahan rak buku Anda dan seberapa nilainya semua itu bukan pokok persoalan. Rak buku untuk meletakkan buku yang hendak dibaca dan diserap ilmu pengetahuannya demi kemajuan taraf kehidupan sebagai manusia. Rak buku menjadi tiada artinya jika hanya tinggal sebagai pajangan semata.

Di Eropa dan Amerika hampir setiap rumah memajang rak buku. Di Asia kesadaran akan pentingnya keberadaan rak buku belum mendapat perhatian. Bahkan sebagian masyarakat di negara semakmur Singapura lebih mengutamakan pajangan aksesori lainnya dibanding membuat rak buku. Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman termasuk negara yang sebagian besar warganya menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan kemajuan pola pikir manusia.

*yoppy ol (Kompas)

0 komentar :

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.